Enam ekor komodo hasil pengembangbiakan di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor, Jawa Barat, dilepasliarkan ke habitatnya di Cagar Alam Wae Wuul di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (23/9/2023). Keenam ora – sebutan warga lokal untuk komodo – tersebut sebelumnya diberangkatkan dari Jakarta ke Labuan Bajo pada 15 Agustus lalu.
Hasil Penetasan Taman Safari Bogor
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSA) NTT Arief Mahmud menjelaskan keenam komodo yang dilepasliarkan itu menetas di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor pada 27 Februari 2020. Keenamnya merupakan hasil kawin dua indukan komodo yang berasal dari Cagar Alam Wae Wuul.
“Pelepasliaran enam komodo ini juga telah melalui adaptasi selama kurang lebih 40 hari. Mulai 15 Agustus-23 September 2023 di kandang habituasi di dalam kawasan Cagar Alam Wae Wuul,” jelas Arief di Cagar Alam Wae Wuul, Sabtu.
Ia menjelaskan proses habituasi bertujuan agar keenam biawak komodo tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan mampu bertahan hidup di alam liar. Proses adaptasi itu, antara lain dilakukan dengan meminimalisasi kontak fisik komodo dengan manusia.
“Kemudian meminimalasi modifikasi kandang habituasi atau mempertahankan suasana lingkungan alami dan meningkatkan pengamatan,” jelas Arief.
Setelah dilepasliarkan, aktivitas keenam komodo itu akan terus dipantau selama tiga tahun ke depan. Tentunya melalui GPS Telemetry yang terpasang pada tubuh komodo tersebut. Pengontrolan juga dilakukan melalui camera trap atau kamera untuk monitoring satwa yang dipasang di sejumlah lokasi di Cagar Alam Wae Wuul.
Arief menjelaskan pemilihan Cagar Alam Wae Wuul sebagai habitat pelepasliaran komodo sudah memenuhi sejumlah kajian genetik. Termasuk terkait kondisi habitat dan ketersediaan makanan di lokasi tersebut.
Program Keterhubungan Konservasi Ex-situ dan In-situ
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) KSDAE KLHK Indra Eploitasia mengatakan pelepasliaran keenam komodo tersebut merupakan implementasi program keterhubungan konservasi ex-situ dan konservasi in-situ (ex-situ link to in-situ program).
“Mudah-mudahan komodo ini lestari di habitatnya. Berkembang biak dan kita bisa melihat harapan bapak ibu semua bahwa komodo hidup lestari di habitat alamnya. Hidup berdampingan dengan masyarakat secara lestari,” kata Indra.
Pelepasliaran komodo itu bisa disaksikan awak media melalui video di lokasi seremoni. Saat kandangnya dibuka, keenam komodo itu tampak berlari kencang ke alam terbuka Cagar Alam Wae Wuul dengan topografi bebukitan gersang.